Nona patah hati, Tuan! (Part 2)

Hai, bertemu lagi dengan aku. Seorang perempuan yang suka bercerita dan suka menyimpan banyak kenangan di hidupnya. Jika kita belum saling mengenal, salam kenal ya. Selamat datang di dunia ku, cerita ku dan isi kepala ku.

Katanya, jatuh cinta yang paling menyenangkan itu hanya terjadi pada tiga bulan pertama. Tiga bulan yang penuh kebahagian dan menjadi awal dari perjalanan sebuah hubungan percintaan. Di fase ini, segala hal rasanya hanya tentang aku dan dia. Selalu mengusahakan untuk sebuah temu. Mulai merangkai banyak impian, membayangkan kehidupan bersamanya. Ya, Nona pun sama. Ia bahagia sekali karena lelakinya memperhatikan setiap detail tentang dirinya. Ia terkesan dengan segala tutur kata dan perlakuan lelakinya saat itu, apalagi ketika lelaki itu  berkata :

“Abang melihat Vira diawal dari pemikiran dan attitude-nya bukan dari detail fisiknya. Jika attitude seseorang baik maka rumah itu bisa diusahakan bersama-sama kan.”

“Abang semakin sadar senyum Vira bikin abang nyaman tahu”

Terserah jika kalian ingin berkata itu perkataan mulut buaya. Tak apa, aku tidak ingin membela diri. Karena sejujurnya, jatuh cinta memang akan membuat seseorang menjadi sangat tolol. Benar kan? tak usah menyangkal. Karena teorinya memang begitu.

Sebelum melanjutkan cerita ini, apa kamu sudah membaca bagian ketika Nona jatuh cinta? jika belum, maka bacalah cerita tersebut terlebih dahulu. Maksud ku agar kamu tidak kaget kenapa tiba-tiba patah hati. Tetapi jika sudah membaca part jatuh cinta dan kali ini kamu masih berkenan membaca lanjutannya maka akan ku berikan setangkai bunga Helianthus khusus untuk mu sebagai rasa terima kasih ku.

“Terima kasih sudah membaca tulisan ku ya, terima kasih sudah mau diajak mengarungi kisah Nona. Tapi maaf sekali ini bukan cerita happy ending, Nona patah hati!”

Ya, Nona patah hati. Layaknya jatuh hingga menenggelamkan hatinya dalam pusara cinta, Ia juga dibuat patah berkeping-keping menghancurkan bukan hanya hatinya tetapi juga dirinya. Ia mengumpulkan semua serpihan kepingan hati yang terhempas bagai mangkuk keramik yang pecah berserakan. Ia memungut segala rasa sakit yang menyelimuti nya dengan air mata yang tak bersuara. Kenapa kali ini harus berakhir sama? Kemana harus Ia bawa kepingan hati yang sudah hancur tersebut? Dalam tangisnya Ia memohon, merintih untuk dikuatkan. Untuk sekedar berdiri dan menjalani hari saja ia sudah tidak mampu.

Ia menangis dengan hebatnya di dalam pelukan seorang teman sore itu. Semesta menghancurkan perasaan, impian dan keinginannya. Air matanya mengalir tanpa henti, membasahi kain yang digunakannya untuk beribadah. Diatas selembar sajadah, tubuhnya ringkih dalam dekapan seorang perempuan yang ikut menangis bersamanya. Perempuan yang sama yang dulu juga selalu mendengarkan ocehannya tentang seorang lelaki yang membuatnya merasa menjadi perempuan paling berbahagia di dunia. Hari itu, mereka menangis bersama. Memeluk segala luka yang tak bernyawa, saling menguatkan untuk melindungi jiwa yang dihakimi semesta.

“Apa... ap-a aku tidak cukup layak?” Disela tangisnya ia bertanya dengan sesak di dada. Tapi ia tidak mendengarkan jawaban.

Sakit sekali rasanya, Mer...aku tidak kuat!” Sekali lagi ia berkata. Teman perempuannya itu tau, jelas tau seberapa sakit yang ia rasa kan. Dia langsung bergegas meninggalkan pekerjaannya sore itu ketika mendapatkan kabar bahwa lelaki yang dicintai temannya meminang perempuan lain.

Jangan katakan apapun pada orang yang sedang terluka, karena tak ada kata yang mampu didengarkannya. Isi kepalanya penuh dengan segala hal yang tidak masuk akal. Dia tidak akan mampu berpikir secara jernih, karena emosinya lebih mendominasi. Jadi biarkan dia menangis selama apapun yang dia mampu, peluk erat dan hadir untuknya hari itu. Dan itu yang dilakukan oleh teman perempuan ku tersebut, Meri Dasiska. 

“Aku tidak mau membencinya, Mer...”

Tiba-tiba saja perempuan itu berkata sesuatu yang sulit untuk dimengerti. Bagaimana mungkin tidak benci jika sudah terluka sehebat itu? Tetapi dia sudah memilih, dia tidak akan pernah sanggup hidup dengan menghadirkan benci pada sosok yang dulu pernah dicintainya. Dan dia juga meminta pada teman-temannya untuk sama-sama tidak membenci lelaki tersebut walau sebenarnya mereka semua ingin sekali memaki.

Kali ini juga sama, aku menuliskan ini bukan untuk membuat kalian berpikir bahwa dia adalah orang yang buruk. Aku juga tidak ingin membuat kalian membencinya. Aku tau, aku tau sekali mungkin tulisan ini akan menghadirkan emosi yang beragam. Dia adalah orang yang baik, dia adalah orang yang tulus. Kalian pasti akan berpikir aku bodoh dan tolol karena aku memang tidak tau apa yang ada dipikiran laki-laki, bagian mana yang tulus dan bagian mana yang hanya kamuflase. Sikap seperti apa yang mereka tunjukkan jika lelaki ingin memperjuangkan dan sikap yang bagaimana yang sebenarnya dia sudah memiliki tujuan yang lainnya. Sungguh, biarkan aku berpikir sesuai keyakinan ku, silahkan sebut aku naif tidak apa-apa. Aku tidak sanggup harus mengungkit memori untuk mencari bahwa yang ku kira dia tulus ternyata salah. Biarkan apa yang tidak ku ketahui hanya menjadi sesuatu yang tidak bisa ku kontrol. Biarkan begini adanya, aku percaya dia bukan orang yang buruk.

Kisah cinta perempuan yang biasa saja pada seorang lelaki yang juga biasa saja tersebut ternyata hanya kisah cinta biasa. Fase jatuh cinta yang menggebu-gebu hanya bertahan selama tiga bulan sebelum dihantam realita kehidupan yang membuat cinta saja tidak cukup untuk bertahan didalam satu hubungan. Hal menyenangkan yang ku sebut sebagai momen yang romantis makan ‘Seumbab’, terpaksa kami simpan sebagai kenangan. Bahkan mungkin sudah terlupakan dan hilang bersama fisik kafe yang sudah rata dengan tanah. Warkop ‘Meukuta’ yang menjadi tempat pertemuan pertama kami juga lenyap membawa semua kenangan berupa obrolan menantang dan gamblang antara kami untuk pertama sekalinya.

Tak ada lagi tempat bernostalgia, entah itu tempat pertama kali kami bertemu atau bahkan tempat pertama kali kami nge-date. Mungkin begitu cara semesta membisikkan bahwa bahagia itu cukup kami rasakan sepenuhnya di moment itu. Kami berbagi kenangan yang akhirnya terpaksa disimpan rapat dan hanya menjadi milik kami berdua.

Ah, sudah terlalu panjang mukadimah untuk tulisan ini, maafkan aku. Di tulisan kali ini aku juga ingin mengingatkan kamu, jika kamu sedang punya kesibukan, sedang bekerja, atau sedang menghabiskan waktu bersama orang tersayang mu, jangan baca tulisan ini! Segera tutup laman web ini SEGERA!! karena tulisan ini akan cukup panjang dan menyebalkan.

Tetapi jika kamu punya cukup waktu yang sia-sia, sedang berleha-leha dan sedang merasa kurang bersemangat, silahkan baca tulisan ini. Bisa jadi tulisan ini bisa membuat mu semakin tidak bersemangat. Hahaha

Mari mengarungi kisah patah hati seorang perempuan dengan panggilan kesayangan Nona tersebut.. Bismilah...

 

*** 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena mu Nona jatuh cinta, Tuan! (part 1)

Menikah ya tinggal Nikah !