Sabang, Satu tahun yang lalu!

 Ya, hari ini tepat satu tahun yang lalu. Pada tanggal yang sama ketika aku sedang resah menunggu kapal yang akan membawaku menyeberang ke pulau. Dengan sebuah koper yang terikat di sepeda motor, aku dengan ratusan orang lainnya menunggu kapal merapat ke dermaga. Perasaan ku saat itu sangat hampa, hati ku setengah berat untuk pergi mengingat apa yang ku inginkan sebelum pergi tidak dapat ku penuhi. 

Sederhana sekali, aku ingin bertemu dia. seorang lelaki yang selama ini menjadi tumpuan ku berkeluh kesah. aku ingin dia ada disana, mengantarkan kepergian ku. aku ingin dia menjadi orang terakhir yang ku lihat sebelum meninggalkan kota ini. aku ingin dia yang menguatkan pilihan ku untuk pergi, ketika keresahan ku akan masa depan di pulau orang. 

Tetapi dia hanya berpesan yang saat itu menjadi janji nya. 

"Tenang saja, aku akan sering mengunjungi mu disana"

"Janji?"

"Iya, Ra"

Bila mengingat percakapan kami saat itu melalui chat whatsapp, hati ku sedikit menghangat. Setidaknya dia sudah berusaha menghibur ku saat itu. Walaupun janji nya tak pernah ditepati. 

Aku kesepian diantara ratusan penumpang lainnnya. Diatas kapal yang membawa kami pergi. Saat itu aku ingin menangis, tak ada teman bercerita ataupun berbicara. Aku hanya menatap buih-buih yang tercipta dari dek kapal yang menghempas lautan. Sampai tiba-tiba seseorang mengajak ku berbicara. 

"Sendirian aja mba?" 

Seorang laki-laki yang terlihat lebih tua dari ku beberapa tahun mengalihkan atensi ku. 

"hmm" aku hanya mengangguk kecil. 

Bukan, bukan karena tidak senang akhirnya ada yang mengajak ku berbicara. Aku hanya tidak nyaman berbicara dengan orang asing. Mendengar logat nya aku tau dia wisatawan. 

"Liburan atau gimana mbak?" tanya nya lagi

"Kerja" jawab ku sekenanya

Kemudian dia mulai bercerita tanpa perlu ku tanya. Mereka adalah klub sepeda motor yang sedang touring menuju 0 km indonesia. Aku hanya ber 'oooh' sampai akhirnya tidak ada percakapan lagi yang terdengar diantara kami. Aku memilih tidur sampai dua  jam kemudian kapal merapat ke dermaga. 

Aku melajukan sepeda motor ku keluar dari kapal, di ikuti beberapa sepeda motor dari club motor tadi. Kami mulai menyusuri jalanan Pulau Weh secara beriringan layaknya konvoi dan aku menjadi pengendara perempuan satu-satunya. Sesekali terdengar klakson dari mereka yang menyemangati ku ketika jalanan menanjak yang lumayan terjal. Sepanjang jalan aku berusaha menguatkan diri, bahwa aku akan baik-baik saja berada di pulau ini. Suasana alam yang sejuk dan asri seolah berkata.

"Tenang saja ra, kamu akan baik-baik saja menjalani hari-hari mu di pulau ini" 




Dan hari ini, tepat setahun yang lalu,  aku sudah tidak lagi di sabang. Sabang telah berbaik hati menghangatkan hari-hari ku bahkan ketika aku sedang terpuruk dan berada di titik menyakitkan dalam hidup ku. Terima Kasih Sabang, nanti aku akan kembali dengan cerita yang baru. 









Komentar

  1. Apakah lelaki itu menepati janjinya untuk sering2 mengunjungimu di sabang?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena mu Nona jatuh cinta, Tuan! (part 1)

Menikah ya tinggal Nikah !

#HariBercerita Gagal Berenang di Mata Ie