Cerita hari ini : 6 jam ngobrol bareng Nanda
Hari ini (28 Mei 2023) aku memutuskan untuk walking mengelilingi Gp. Peunayong dan sarapan di Kuta Alam Roestery (Kulam). Aku sengaja mengajak temanku, Nanda, karena kebetulan kami sudah sangat lama tidak berjumpa. Tetapi ternyata Nanda baru bisa bertemu dengan ku pukul 09.00 pagi. Jadi aku hanya menjelajah seorang diri mengelilingi seluk beluk gang sempit di Peunayong. Kemudian aku sarapan di Kulam, awalnya pengen makan lontong tapi kok rasanya terlalu berlemak jika harus makan lontong pagi hari. Akhirnya aku memutuskan minum kopi ditemani croissant.
Selesai sarapan, aku memutuskan
untuk kembali walking di Blang padang.
Karena merasa masih kurang cukup berjalan hari ini. Aku rest di salah satu gerai baca buku ‘Ruman’ yang selalu hadir setiap
minggu dengan konsep MIBARA (Minggu baca rame-rame). Siapapun dapat membaca
bahkan meminjam buku hanya dengan menuliskan nama. Sebenarnya masih ada dua
buku yang pernah ku pinjam di MIBARA tapi belum sempat ku kembalikan, udah
hampir 5 bulan yang lalu. Tadi pagi aku kembali meminjam buku dengan judul
Garis Batas, buku yang bercerita tentang perjalanan di negeri-negeri Asia
Tengah.
Sekitar pukul 10.00 Wib, aku
berjumpa dengan Nanda disalah satu cafe. Ini pertemuan kami setelah tiga bulan
yang lalu terakhir kali aku bertemu dengannya. Nanda hari ini sangat berbeda
dengan Nanda dua bulan yang lalu. Dua bulan yang lalu aku bertemu nanda yang
sedang dalam kondisi yang sangat berantakan, sangat putus asa, sangat buruk,
mental down banget dan memilih untuk
menutup diri. Tapi hari ini aku melihat Nanda yang berbeda, yang
sebenar-benarnya Nanda, sangat positif, sangat memotivasi, semangat dan lebih
stabil. Kami bercerita banyak hal yang dimulai dari pertanyaan bagaimana
kehidupan yang sudah dilewati selama hampir tiga bulan terakhir.
Nanda bercerita mengenai dia yang sudah pindah tempat tinggal, memiliki pekerjaan yang baru dengan jam kerja yang lebih fleksibel, lebih sehat, lebih waras dan lebih legowo dalam menyikapi kehidupan. Dan sebelum perjumpaan kami, Nanda baru selesai halaqah. Jujur saja hari ini aku sangat senang melihat nanda yang seharusnya, dari raut wajah nya aku tau ada hal yang berbeda dari Nanda. Kami saling bercerita dan mendengarkan. Nanda bercerita mengenai dia yang kembali memiliki ambisi dan merasa tertantang untuk melakukan hal diluar zona nyamannya. Untuk beberapa hal mengenai beban kehidupan, Nanda udah merasa bodo amat tanpa harus stress dan menggaggu mental health nya. Yup, sudah seharusnya seperti itu. Ada beberapa hal yang menjadi poin dalam cerita kami hari ini.
v Iri, dengki, ketidakpercayaan diri dan ambisi
Ini adalah hal
yang masih sangat melekat pada manusia, untuk hal pencapaian orang lain, hal
yang dimiliki oleh orang lain, prestasi orang lain tentunya ada rasa iri dengki
dalam diri. Hanya saja terkadang ada usaha untuk menjatuhkan orang lain atau
berusaha untuk menjadi lebih baik lagi sehingga timbul persaingan. Pada dasarnya
iri dengki ini muncul karena ketidakpercayaan diri sehingga memicu yang namanya
ambisi.
Bagi ku dan Nanda,
kami sama-sama bersikap bodo amat “Lu mau lebih kaya kek, lebih berprestasi,
punya ini itu, bisa kesana-kesini, Bodo Amat!”
Karena kita
lebih tau nilai diri kita tuh dimana, pencapaian kamu dan orang lain jelas
berbeda karena goals kamu dan orang lain itu tidaklah sama. Ya gak papa kalau
masih gini-gini aja. Gak perlu merasa tidak percaya diri, asal kamu tau potensi
diri kamu apa dan dimana, passion kamu apa dan dimana.
Untuk hal
insecurity, saat ini sebenarnya aku merasakan hal itu pada seseorang. Sampai
takut banget ketemu dengan orang tersebut. Tapi kemudian Nanda menyadarkan
bahwasanya ketakutan ku gak mendasar. “Kalau dia keren, yaudah dia memang keren”
yang perlu aku lakukan adalah menjadi
pura-pura gila seperti biasanya dengan tingkat curious yang tinggi untuk mencuri ilmu lebih banyak lagi wkwkwk.
v People come and people go dengan porsi nya masing-masing
Kami saling
bercerita mengenai orang-orang yang datang dan orang-orang yang hilang di dalam
hidup. Baru-baru ini aku cut off
seseorang, kami sempat dekat tapi kemudian dia memilih ke jenjang kehidupan
selanjutnya dengan orang lain. Tapi aku lupa pernah berdo’a kepada Tuhan mengenai
dia. Mengetahui dia yang overthinking
di dalam kehidupan dan pernah gagal menjalin hubungan, aku sedikit banyak berdoa
agar menjadi orang yang berguna dan bermanfaat setidaknya bisa memberikan
perspektif yang lebih baik untuk cara berpikir dia mengenai kehidupan. Dan itu
sudah pernah ku lakukan, dan aku lupa. Setelah bertemu Nanda aku baru sadar “Oh
mungkin porsi aku segini untuk hidup dia, ketika itu cukup dan waktunya habis,
dia akan pergi untuk melanjutkan hidup nya”.
So, kita akan
bertemu lagi dengan orang lain di dalam kehidupan, entah itu untuk waktu yang
singkat atau menetap, entah itu memberi kebahagiaan atau pembelajaran, entah
itu mengisi kebutuhan kamu atau justru kebutuhannya dia. Kita gak pernah tau,
yang pasti setiap orang memiliki porsi nya masing-masing dan setiap yang datang
atau pergi pasti karena ada tujuan tertentu yang dikirim Tuhan.
v Perspektif umur berdasarkan kualitas bukan kuantitas
Sering kali aku
mendengar orang berkata “Ingat umur, jangan cari uang terus” atau “Jangan
telat-telat sekali menikah, ingat umur” aku tidak pernah membantah apapun. Semua
ada benarnya, di umur yang sama mungkin orang lain sudah menikah, sudah punya
anak, sudah lebih dahulu merasakan tahapan kehidupan selanjutnya. Tapi jika
bertemu dengan laki-laki yang seusia atau lebih muda aku justru berkata “Cari
uang dulu, sukses dulu, gapai apapun yang ingin kamu lakukan dalam hidup selama
masih muda”. Karena aku juga sama, tidak merasa tua dengan angka. Menikmati setiap
masa kehidupan, enjoy dengan apapun yang aku lakukan dan yang pasti hidup itu
pembelajaran dan berproses bagi mereka yang mau belajar. Hanya saja terkadang
untuk perempuan tantangan dan tekanannya nya jauh lebih besar di keluarga, di
kehidupan masyarakat dan di lingkungan sosial.
Aku dan Nanda
setuju, berbicara mengenai umur adalah berbicara kualitas diri. Perihal apa
yang sudah dipelajari dalam hidup, apa yang sudah diberikan untuk hidup, apa
yang sudah kamu lakukan dalam hidup dan menghidupi diri sendiri. Target dan
pencapaian yang dipasang oleh orang lain di kehidupan pada umumnya mungkin
dapat kita capai seperti menikah di umur tertentu, punya anak di umur tertentu,
memiliki rumah, finansial yang stabil di umur tertentu mungkin dapat kita
capai. Tapi bagaimana jika kita berbicara perihal kualitas berumah tangga itu
sendiri, kualitas mendidik anak, dll. Pada kenyataannya, angka perceraian sudah
sangat tinggi, penelantaran terhadap anak juga tidak bisa terhindarkan, angka
kemiskinan juga tidak menemukan solusinya.
Jadi jangan terjebak pada kuantitas umur dan mengesampingkan kualitas. Sementara diri masih belum memiliki kapabilitas.
vMempertahankan ego ternyata justru menghambat kebahagiaan
Kenapa sih,
manusia senang sekali mempertahankan ego nya. Padahal menurunkan sedikit ego
tidak akan membuat diri menjadi lebih rendah. Ini yang terjadi pada ku, ketika
aku merasa lebih superior, ingin dipahami, ingin dimengerti tapi juga ingin happy. Ego itu justru menjadi
penghambatnya, aku jadi enggan minta maaf, jadi enggan berbicara, jadi menutup
diri. Tapi kemudian aku berpikir, kalau tujuannya untuk bisa tetap berbagi
kebahagiaan dengan keluarga, dengan teman, dengan orang lain, ego sebesar
gunung pun tetap akan bisa diruntuhkan. Jadi gak perlu terlalu egois jika ingin
tetap bahagia bersama.
Selama ini kita
tau 1+1 = 2 yang artinya setiap usaha yang kamu lakukan hasil nya pasti akan
sesuai, pasti usaha tidak akan menghianati hasil sebanyak apapun usaha mu. Tapi
bagaimana jika 1+1+1+1+1 = 0 (tidak menghasilkan apapun).
Atau justru 1+1 = 100 (usaha kamu sedikit, hasil nya
diluar nalar)
Intinya, tugas
kamu berusaha, biarkan Tuhan yang menentukan hasil mu. Walaupun terkadang ada
beberapa hal yang diluar nalar yang diberikan Tuhan lebih dari yang kamu
perkirakan. Tidak perlu dipertanyakan, biarkan semesta mengambil peran.
Terakhir, aku
dan Nanda berbicara mengenai buku. Buku yang sangat berpengaruh untuk ku dan
menjadi titik balik kehidupan ku. Serta pembicaraan mengenai perencanaan jangka
panjang-jangka pendek dan rencana untuk melakukan kebiasaan 1% di kehidupan
kami.
Oke deh,
sekian dulu. Capek banget aku mengingat apa yang sudah kami bicarakan tadi
siang kurang lebih selama 6 jam pertemuan. Tapi jiwa ini meronta jika tidak di
tuliskan wkwk, terima kasih sudah baca semoga ada positif nya, ya kalau gak ada
juga gak papa :) Niatnya cuma mau jadi pengingat aja di masa depan bahwa aku
pernah membicarakan hal ini.
Eh, btw ada
yang tau gak pelajaran yang dapat diambil dari belajar berenang itu apa??
hehehe
Komentar
Posting Komentar