#HariBercerita Gagal Berenang di Mata Ie
Hari ini aku menghabiskan waktu dengan teman ku yang amat sangat random. Kemarin dia menelepon ku dan mengajak ku untuk berenang secara tiba-tiba. Oke jawab ku. Kami janjian untuk berenang jam 07.00 pagi di salah satu kolam yang airnya berasal dari gunung, kolam Mata Ie. Jam 06.00 pagi, aku terbangun dan mendapati hujan mengguyur kota Banda Aceh. Ternyata sudah dari semalam turun hujan. Aku kembali menghubungi teman ku dan setuju jam 07.00 pagi ketika hujan reda kami langsung jalan.
Sesampainya
di sana, hal yang sangat diluar ekpektasi ku membuat ku kecewa. Air kolam
kering, di beberapa titik bahkan tidak ada airnya. Aku terduduk lemas, padahal
semalam hujan tetapi air tidak ada. mungkin kemarau mempengaruhi debit air dan
ketersediaan air pikir ku, tapi teman ku membantah dengan berkata “tidak
mungkin, minggu lalu aku juga berenang dan air nya banyak”.
Oke
baiklah, sayang sekali kami tidak jadi berenang. Kolam ini bergantung pada air
mata air diatas gunung. Air kering meski hujan deras mengguyur kota merupakan
fenomena alam yang tidak dapat diperkirakan. Kami akhirnya membuat planning B dengan pergi ke suatu tempat
yang juga bisa membuat kami nyemplung di air (walaupun air asin). Dipertengahan
jalan, hujan kembali mengguyur. Kami terpaksa berhenti dan memakai mantel,
hujan tidak menyurutkan keinginan kami untuk terus melanjutkan perjalanan.
Sesampainya
di tempat tujuan yaitu sebuah cafe yang berada dipinggir muara sungai yang
mengalir ke laut, bernama Terrace Laguna, aku dan teman ku bahagia sekali. Cafe
tersebut belum buka karena masih jam 09.00 pagi, tidak ada pengunjung dan
sangat sepi sekali. Pemandangannya
bagus, asri, tidak berisik, tidak ada orang, dan sangat cocok menikmati hari
dengan tenang.
Hujan
reda, kami bermain air, teman-teman ku mandi sementara aku memilih membaca buku
dan menikmati pemandangan. Jam 10.30 ketika
kami mulai kelaparan, cafe belum tersedia menu makanan, hujan kembali mengguyur
beserta angin. Kami akhirnya memutuskan untuk pergi dengan tujuan harus mengisi
perut yang keroncongan (karena kami tidak sarapan). Akhirnya kami menuju ke
sebuah cafe yang berkonsep perpustakaan yaitu Sophie’s Sunset Library. Aku
cukup mengenal pemilik cafe ini rasanya sangat menyenangkan ketika kembali
bertemu dengan beliau.
Setelah
makan dan membaca beberapa sinopsis buku, aku mengajak teman ku untuk
berbincang-bincang dan berdiskusi. Hal yang paling sangat ingin kulakukan ketika
pikiranku carut marut butuh bertukar pikir dengan seseorang. Kami membahas hal
yang ringan sampai yang paling sensitif yaitu elgebete.
Teman
ku ini ternyata tipe orang yang eksekutor. Dia lebih senang melakukan aksi atau
menjalankan realisasi di lapangan. Untuk segala hal yang berhubungan dengan
konsep dia tidak mau ambil pusing, dia lebih suka ditunjuk langsung untuk
melakukan suatu hal tanpa harus berpikir hal yang berupa perencanaan dan
pencapaian yang menjadi target. Sementara aku, mungkin aku bisa menjadi
konseptor dan eksekutor haha.
Ya,
sebenarnya aku tipe yang konseptor. Bagi ku perencanaan yang jelas, target yang
ingin dicapai, pencapaian yang terukur harus jelas dalam menjalankan program
maupun proyek. Untuk hal sederhana menjalani hari pun aku harus membuat to do list agar hidup ku lebih teratur
dan jelas apa yang harus aku kerjakan. Disamping itu, di beberapa kondisi
seperti pekerjaan memaksa ku untuk menjadi eksekutor sehingga aku belajar
banyak mengenai hal tersebut. Bagaimana suatu perencanaan dijalankan dengan
meminimalisir resiko dan hal yang tidak terduga sehingga pencapaian yang
diinginkan tidak terlalu jauh dari tujuan dan target yang sudah di rencanakan.
Kami
juga membicarakan mengenai organisasi. Ada beberapa hal yang menjadi highlight ku mengenai sistem dalam
sebuah organisasi. Jika melihat bagaimana suatu organisasi bergerak, berproses,
berkegiatan dalam hal yang positif, menginspirasi, memotivasi, memberi ruang
demokrasi, bernilai sosial, kerja sama dan berkolaborasi adalah hal yang patut
untuk terus di dukung agar berkelanjutan dan berkembang menjadi organisasi yang
lebih besar lagi dengan jangkauan yang lebih luas lagi.
Ya,
seperti yang kita tahu setiap organisasi memiliki sistem yang berbeda-beda. Ada
yang menjunjung tinggi senioritas, ada yang menjunjung tinggi toleransi, ada
yang mempertahankan hal-hal yang konvensional, ada yang sangat terbuka dengan
globalisasi budaya, ada yang menormalisasi westernisasi, ada organisasi yang
sangat patriarki dan lain sebagainya. Ada banyak problematika yang akhirnya
muncul dalam organisasi.
Tantangannya
adalah bagaimana mempertahankan organisasi/kelompok agar tetap hidup dan tetap
berada di lingkungan yang sehat ??
Karena
tanpa kita sadari terkadang organisasi yang punya identitas positif sering kali
mengabaikan hal-hal kecil seperti candaan, obrolan, atau perilaku-perilaku yang
menjadi kebiasaan yang negatif. Contohnya, jokes
yang mengarah ke bullying, jokes yang merendahkan perempuan, dark jokes
dan hal lainnya.
Kita
tidak pernah tau, kondisi masing-masing individu disaat itu, apakah tubuh dan
energinya dalam konsdisi yang full
atau in the middle atau bahkan dalam
kondisi yang low. Sehingga ketika
mengahadapi jokes yang kita anggap
sebagai candaan belaka untuk happy-happy
saja justru membawa pengaruh buruk terhadap mental/psikis orang lain. Pengaruh buruk
yang seperti apa? energi negatif yang kuat tersebut akan diterima oleh orang
yang energi nya dalam kondisi low. Sehingga
dia menyerap energi dari lingkungannya lebih banyak dari pada yang harus dia
keluarkan. Dan ketika seseorang tersebut mulai memahami kondisi lingkungannya,
otak nya akan mulai mencari bahan jokes
yang sama atau sejenis untuk mengimbangi atau menimbrung kondisi yang ada. Dan
ketika perilaku-perilaku seperti ini menjadi kebiasaan yang berulang didalam sebuah kelompok,
tanpa disadari akan membentuk karakter orang tersebut. Nah, ketika
masing-masing orang keluar dari kelompok tersebut dan masuk ke kelompok atau
lingkungan yang lainnya. Dia akan menerapkan hal yang sama, mencoba masuk dan
berbagi hal-hal yang tidak baik tersebut tanpa disadari.
Percayalah,
apa yang sering kita dengar, kita lihat atau bahkan kita ucapkan adalah
refleksi dari apa yang kita pikirkan, dan cara berpikir kita membentuk karakter
diri kita.
Aku
akan menceritakan sedikit pengalaman ku ketika aku berada di lingkungan dan
kelompok yang sebenarnya sangat menerapkan PSEA (Protection of Sexual,
Exploitation, and Abuse) dalam hal ini bukan hanya melindungi perempuan dan
anak dari kekerasan, exploitasi dan seksual tetapi juga sangat melarang keras
adanya tindakan pelecehan seksual baik lisan maupun tulisan. Tapi apa yang
terjadi? Ada beberapa orang justru saling melempar jokes yang bersifat seksual (Sexist Jokes) padahal ini adalah salah
satu bentuk pelecahan seksual secara
verbal dan menjadi hal yang normal dengan dalih keakraban.
Aku yang
saat itu menyadari ada hal yang tidak bisa ku terima langsung menyampaikannya
di forum. Dan setelah aku dengar teman ku bercerita tadi, sepertinya memang
banyak yang seperti ini. Organisasi atau kelompok yang terkenal melakukan hal
positif justru mengabaikan hal-hal penting hanya untuk kesenangan, dan pada
akhirnya justru menciptakan lingkungan yang negatif yang dapat merusak organisasi
itu sendiri dan merusak mental yang bersinggungan dengan kepribadian seseorang.
Kesimpulan
dari ku:
Untuk
kamu, gunakanlah bahasa yang baik pada dirimu sendiri. Jangan menormalisasi
hal-hal yang seharusnya tidak baik untuk dijadikan bahan candaan apalagi
dilakukan secara berkelompok, mulai aware
dengan energi negatif yang sekiranya dapat membentuk lingkungan yang negatif. Dan
putuskan rantai kebiasaan yang tidak baik meskipun dengan alasan sekedar happy-happy saja.
Itu saja tulisan hari ini, terimakasih yeorobun sudah bersedia membaca isi kepala ku. Semoga ada hal baik yang bermanfaat, ya kalau tidak juga tidak apa-apa. Sampai bertemu di #HariBercerita lainnya ❤
Komentar
Posting Komentar